Tag Archives: PG 15

LEAVE BEHIND TO MEMORY (1/?)

Standard

cats

Aku tak bisa mengatakan ‘aku mencintaimu’, apa kau pernah mengetahuinya? malam-malam indahku yang berlalu ketika kita masih kecil My Old Story, IU

Kenangan limabelas tahun yang lalu kini mulai mengitari otak gadis itu. ia masih ingat saat pria yang kini tengah berdiri didepan altar itu berjanji kepadanya. Ia masih ingat saat pertemuan pertama mereka, dan ia masih bisa merasakan bagaimana sentuhan lembut tangan pria itu ketika mengusap kepalanya, dan semua perlakuan dari pria itu akan sirna dalam beberapa detik lagi.

Park Seo Na, tubuh gadis itu kini tengah bergetar hebat. menahan tubuhnya yang terasa semakin berat dan kaku, tapi bagaimanapun ia tidak akan mungkin pergi dari tempat ini. sederhana saja, andai saja ia bisa menganggap pria yang didepan itu adalah kakak laki-lakinya yang akan segera menikah dan mempunyai kehidupan baru, tapi bagi Seo Na semuanya tidak sesederhana itu karena apa yang ia rasakan terhadap pria yang kini sedang menunggu pengantin wanitanya itu sangat jauh dari hubungan sebagai adik kakak. Seo Na hanya tau ia mencintai pria itu, ia menginginkannya, namun kenyataan memang tidak pernah sejalan dengan apa yang ia harapkan. Apa ia harus mengatakan perasaannya ini?

~~~000~~~

15 years ago…

Seorang anak laki-laki turun dari dalam mobil sedan bewarna hitam itu, sejak tadi genggamannya tidak pernah lepas dari Tuan Park. Matanya terlihat ketakutan ketika ia baru menginjakkan kaki di kediaman keluarga kaya itu, matanya menangkap beberapa orang yang kini tengah menyambutnya. Lee Dong Hae, pria itu adalah anak dari rekan kerja keluarga Park. Kedua orang tua Dong Hae baru saja meninggal dunia akibat kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya, semua terjadi begitu cepat hingga yang tersisa dari keluarga Lee hanya seorang Lee Dong Hae saja. karena itu keluarga Park mengangkat Dong Hae menjadi anak mereka, itu semua juga karena balas budi yang Tuan Park lakukan kepada rekan kerjanya itu. Tuan Lee dan keluarganya bukan hanya sekedar rekan kerja, tapi mereka sudah berteman sejak mereka baru memulai membangun perusahaan besar itu bersama-sama.

Dong Hae tetap menyembunyikan tubuhnya dibekalang tubuh Park Jung In, tinggi Dong Hae hanya sebahu -kepala keluarga Park- tersebut, orang-orang yang melihat kelakuan anak laki-laki itu hanya tersenyum dan mencoba menarik perhatian anak itu. Dong Hae merasa asing ditempat ini, ia tidak akan menemukan Ibu dan Ayah nya disini, ia akan memulai kehidupan baru bersama keluarga Park, dan mungkin ia juga akan mengganti marganya menjadi Park Dong Hae. Ini adalah kehidupannya hingga ia mengakhiri hidupnya nanti.

“Dong Hae Oppa, maukah kau bermain denganku?”. Seorang anak perempuan mendekat kearah Dong Hae, memakai baju gaun berwarna biru dengan bando berbentuk telinga kucing diatas kepalanya, ia juga menyeret boneka beruang yang terlihat jauh lebih besar dari tubuh mungilnya. Gadis kecil itu tersenyum kearah Dong Hae, menarik tangan anak laki-laki itu ke ruangan bermainnya.

“Seo Na-ya, jangan ajak Dong Hae Oppa-mu bermain boneka, ia seorang pria”. Suara lembut Nyonya Park menghentikan langkah Seo Na dan juga Dong Hae yang mengekori gadis kecil itu. Seo Na memajukan bibirnya yang mungil, lalu sedikit mengadahkan kepalanya.

“aku akan memperlakukan Dong Hae Oppa dengan baik, aku tidak akan membuatnya menangis dan aku akan memeluknya seperti aku memeluk beruang ini”.

~~~000~~~

Kenangan masa kecil gadis itu seketika buyar ketika riuh tepuk tangan para undangan didalam gereja begitu ramai tidak terkecuali Ibu Seo Na dan Ayahnya yang terlihat begitu bahagia dengan pernikahan anak angkatnya ini, Seo Na segera berdiri melihat kearah pintu utama gereja, dan benar saja kini seorang wanita cantik bertubuh langsing itu sudah memasuki gereja dengan gaun anggunnya. Seo Na akui, Yoo Ra begitu cantik dan penuh kelembutan jauh dari kesan dirinya yang begitu ribut dan tidak bisa berhenti bicara, dari segi manapun ia dan Yoo Ra begitu jauh berbeda, tidak salah jika kakak laki-laki gadis itu sangat mencintai Yoo Ra hanya saja keputusan ini terlalu cepat terjadi bahkan Seo Na belum mempersiapkan hatinya untuk menerima semua kenyataan ini, seharusnya waktu itu ia tidak menerima pria itu sebagai kakak angkatnya, seharusnya ia tidak jadi adik pria itu, dan semua penyesalan itu kini menari-nari dipikiran Seo Na.

Kedua pasangan itu kini sudah berdiri mantap didepan altar persis dihadapan Seo Na, dan sialnya tubuh Seo Na kini hampir ambruk ketika Dong Hae menyambut uluran tangan Yoo Ra padanya. Dong Hae, pria itu kenapa ia tidak pernah menyadari akan perasaan Seo Na selama ini, gadis itu hanya bisa memendamnya dan merasakan semua rasa sakit ini sendiri.

Pendeta didepan sana sudah mulai berbicara, sama sekali gadis itu tidak tertarik dengan apa yang diucapkan pria berbaju khas itu, matanya kini hanya sibuk memandangi tubuh Dong Hae, memperhatiakan wajah pria itu yang kini tampak tersenyum pada calon pengantinnya. Seketika tubuh Seo Na semakin berat, tumpukan air mata kini menumpuk dimatanya, ia tidak boleh menangis, bukankah ia ingin melihat Dong Hae Oppa-nya bahagia, bukankah ia tidak ingin melihat pria itu menangis lagi.

Seo Na kini kembali terperanjat ketika semua orang bertepuk tangan, ternyata cukup lama gadis itu berkutat dengan pikirannya yang semakin membuatnya gila, dan kali ini ia harus menyaksikan kedua orang dialtar itu tengah mencium satu sama lain, Seo Na hanya bisa menundukkan kepalanya, hari ini-Dong Hae pria yang ia cintai-sejak limabelas tahun yang lalu akan pergi meninggalkannya dan akan memulai hidup baru tanpa dirinya. Lee Dong Hae resmi menikah dengan Jung Yoo Ra.

kau sudah membohongiku, Lee Dong Hae!. Gumam gadis itu, dengan air mata yang seketika tumpah dipipinya, ia hanya bisa terus menunduk dalam menikmati setiap rasa sakit yang ada dihatinya saat ini, tanpa ia sadar kini sepasang mata tengah memperhatikan dirinya.

~~~000~~~

Seo Na meletakkan beruang besar itu dihadapan Dong Hae, sejak tadi anak laki-laki itu tidak memperdulikan sikecil Seo Na yang sudah heboh dengan dunia bermainnya. Seo Na berdecak pinggang lalu memandang sinis kearah Dong Hae. Anak laki-laki itu hanya memandanginya heran sambil berusaha memindahkan boneka beruang besar itu dari hadapannya.

 

“Yak! Kau tidak mau bermain bersamaku ya? kenapa dari tadi kau diam saja? Oppa tuli ya? atau Oppa bisu? Anak laki-laki memang tidak asik. Karena itu aku tidak mau bermain dengan anak laki-laki”. Oceh gadis kecil itu sambil melipat tangannya didada, Dong Hae yang umurnya berjarak 8 tahun dari Seo Na hanya mengusap rambut gadis itu pelan.

 

“aku tidak bisu, aku hanya merindukan kedua orang tuaku”. Ujar Dong Hae, pria itu kembali duduk lalu menundukkan kepalanya, tidak lama kemudian Seo Na hanya mendengar isakan tangis dari mulut Dong Hae, karena merasa bersalah gadis kecil itu duduk dihadapan Dong Hae.

 

“kau tidak boleh menangis, aku akan terus memelukmu, jadi berhentilah menangis”. Ucap Seo Na lalu memeluk tubuh anak laki-laki itu. Dong Hae menghentikan tangisnya lalu memandangi wajah Seo Na yang kini juga sudah penuh dengan air mata.

“Seo Na-ya, Oppa juga akan terus berada disampingmu”.

~~~000~~~

Seo Na melepas high heels yang ia kenakkan sejak acara pernikahan Dong Hae, ia kini sudah keluar dari dalam gereja beberapa menit setelah ia menyaksikan pria itu mencium Yoo Ra yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Gadis itu berjalan ditepian sungai Han, mencoba memperbaiki suasanya hatinya yang begitu kacau, udara musim gugur begitu sesuai dengan apa yang ia rasakan saat ini. tidak seperti musim gugur sebelumnya, musim gugur kali ini adalah yang paling menyiksa batinnya. Sejak tadi air mata tidak pernah kering dari pipinya, gadis itu menangis ia hanya bisa terisak dan tidak bisa mengatakan apa-apa untuk menjelaskan isi hatinya saat ini. Seo Na merasa begitu hancur, harus ia kemanakan cinta yang ia miliki selama limabelas tahun didalam hidupnya, Dong Hae adalah pria pertama yang ia kenal sekaligus pria pertama yang mengisi hari-harinya.

Gadis itu terus berjalan, tanpa ia sadar kini ia sudah cukup jauh meninggalkan mobil mewahnya yang terparkir jauh dibelakangnya. Seo Na berhenti sejenak menghirup banyak-banyak udara disekitarnya, sebelum beberapa detik kemudian seseorang menubruk tubuhnya dari belakang membuat tubuh gadis itu terhuyung kedepan, kekuatan Seo Na yang sudah terkuras sejak seharian ini tidak bisa menyeimbangi tubuhnya, alhasil lutut gadis itu mendarat mulus di bebatuan dan benar saja darah mulai mengalir dari lutut mulus gadis itu.

“maaf Nona, aku benar-benar tidak melihatmu. Apa aku bisa melihat lukanya?”. Suara berat seorang pria kini terdengar dihadapan Seo Na, gadis itu masih menunduk memperhatikan lukanya yang tampak begitu menyedihkan.

“aku akan memberimu ganti rugi”. Ujar pria itu lagi.

Seo Na menahan amarahnya, hari ini kenapa ia begitu terlihat sangat menyedihkan. Luka didalam hatinya yang terluka begitu parah dan sekarang ia harus mendapatkan luka dilututnya.

“apa kau tidak tau caranya bersikap sopan? Aku tidak butuh uangmu”. Tandas gadis itu, menatap sinis kearah pria dihadapannya itu. Pria itu terkekeh lalu ia mengulurkan tangannya kehadapan Seo Na.
“maafkan aku Nona, sepertinya kau yang berlebihan menanggapi kata-kataku, aku hanya-“.

“bisakah kau pergi dari sini? Atau aku yang pergi saja? makhluk yang bernama pria itu memang menyebalkan! Terimakasih atas lukanya ajhussi!”. Teriak gadis itu lalu berusaha berdiri, menahan sakit dilututnya berjalan meninggalkan pria itu dibelakangnya. Setelah ini ia akan benar-benar gila oleh makhluk yang bernama pria. Seo Na meninggalkan tempat itu, dan tujuan selanjutnya ia tidak akan memilih kembali pulang kerumah.

“namaku Cho Kyu Hyun, dan aku masih sangat muda untuk kau panggil ajhussi”. Pria itu menatap punggung Seo Na, ia tersenyum mendengar gadis itu memanggilnya paman.

~~~000~~~

Pria bertubuh jakung itu berjalan sedikit tergesa, menyusul gadis yang baru saja meninggalkan gereja tempat acara pernikahan itu dilangsungkan , sejak tadi ia tidak berhenti menatap kearah gadis itu memperhatikan bahunya yang turun naik dan kepalanya yang terus tertunduk. Kyu Hyun bukan pria yang suka mencampuri urusan orang lain , tapi untuk kali ini ia merasa hatinya tergerak untuk mengikuti gadis itu, sejak awal ia berada didalam gereja inipun matanya tidak pernah lepas menangkap wajah gadis itu yang lebih terlihat menyedihkan.

Kyu Hyun tidak bisa mengontrol kakinya yang berjalan begitu cepat. Ia merasa khawatir. Ada rasa ingin tau yang kuat yang kini tengah ia rasakan, dan jangan tanya kenapa pria dingin itu mengkhawatirkan keadaan gadis yang kini mengendarai mobil jenis ford-nya secara urak-urakan, karena ia sendiri tidak tau alasannya apa. Jejak gadis itu menghilang, diantara banyaknya kendaraan yang berlalu lalang di Kota Seoul. Matanya terus mencari kemana mobil gadis itu melesat dan tepat saja mobil bewarna merah bata itu terparkir sembarangan di taman dekat tepian sungai Han. Kyu Hyun turun dari mobil mewahnya berjalan menelusuri taman yang tidak terlalu ramai, dedaunan pepohonan disekitar taman tampak gugur. Pria itu berjalan setengah berlari, menoleh kesekelilingnya untuk memastikan gadis itu baik-baik saja.

Bruk!

Suara hantaman keras tubuhnya membuat gadis yang dihadapannya ini kini sudah berlutut ditanah, Kyu Hyun cukup terkejut sebelum akhirnya ia melihat luka cukup serius di lutut gadis itu.

“maaf Nona, aku benar-benar tidak melihatmu. Apa aku bisa melihat lukanya?”. Ucap Kyu Hyun, sebelum gadis itu mengadah kearahnya, dengan tatapan yang tidak bisa ia artikan. Mata pria itu membulat ketika ia sadar siapa gadis yang ada dihadapannya ini, gadis yang menjadi tujuannya berada ditaman siang ini.

~~~000~~~

Seo Na mengendarai kuda besinya dengan kecepatan diatas rata-rata, ia tidak memeliki tujuan saat ini, ia hanya ingin pergi sejauh yang ia bisa dan tidak pernah lagi melihat wajah pria itu. luka dilututnya masih terasa hingga sekarang, tapi semua itu tidak terlalu dirasakan gadis itu, sakit dihatinya lebih mendominan ditambah air mata yang terus mengalir dari matanya. Seo Na hanya ingin menyembuhkan hatinya, membuat semuanya menjadi lebih baik apapun caranya sekalipun jika ia harus angkat kaki dari rumah tempat tinggalnya selama ini, rumah yang menjadi saksi bisu antara ia dan Lee Dong Hae.

Gadis itu menginjak pedal rem mobilnya, menepikan mobil itu pada jalanan yang cukup sepi menghirup banyak-banyak oksigen disekelilingnya. Ditempat ia saat ini sangat sepi, jika ia berteriak orang-orang tidak akan mendengarnya, tidak akan ada yang mengatakan jika gadis ini tengah mengalami gangguan jiwa atau semamacamnya.

“kenapa kau menyukai boneka gemuk ini? kau tidak keberatan menyeretnya”. Dong Hae menunjuk perut besar boneka beruang disamping gadis kecil itu. Seo Na meraih boneka itu lalu memeluknya.

 

“karena ia mau ku peluk, ia tidak pernah menolak jika aku memeluknya”. jawab Seo Na, anak laki-laki dihadapannya itu hanya tertawa geli. Sudah hampir satu minggu Dong Hae tinggal bersama keluarga Park, disini ia memang tidak memiliki Ibu dan Ayah-nya lagi, tapi ia punya Seo Na, gadis kecil yang menjadi adiknya hingga kapanpun, gadis kecil yang selalu menemaninya ketika ia sudah kembali dari sekolah, gadis kecil yang akan memeluknya ketika ia merindukan kedua orang tuanya, gadis kecil yang sangat Dong Hae sayangi.

“Oppa, apa kau menyukaiku? Apa kau tidak risih bermain bersamaku?”. Tanya Seo Na, bibir mungilnya tampak sedikit menganga, menanti jawab dari Oppa-nya itu.

Dong Hae tersenyum, kembali mengusap puncak kepala Seo Na.”Oppa, sangat menyukai Seo Na. Karena itu Seo Na juga harus menyukai Oppa”. Ujar Dong Hae, dan Seo Na tampak girang dengan jawaban kakak laki-lakinya itu, Seo Na melompat dan menari bersama boneka beruangnya yang ukurannya lebih besar dari tubuh Seo Na.

 

“Oppa, berjanjilah besok kau harus menikah denganku”.

~~~000~~~

Lamunan masa kecil gadis itu seketika buyar, ketika ponsel yang berada disamping jok kemudi gadis itu bergetar. Ie melirik kearah benda bewarna silver itu lalu menyambar benda itu kedepan wajahnya, tertera disana nama ‘Lee Dong Hae’. tiba-tiba saja, mata gadis itu kembali memanas, bibirnya kembali bergetar, ia tidak mungkin mengangkat panggilan dari pria itu dalam keadaan seperti ini tapi ia juga tidak mungkin jika mengabaikan panggilan telepon dari kakak laki-lakinya itu, ia tidak ingin membuat Dong Hae khawatir tentang dirinya.

Yeoboseyeo?”. Jawab gadis itu dengan nada ceria yang lebih terkesan dipaksakan. Demi apapun, Seo Na masih belum siap mendengar suara Dong Hae yang selalu menenangkan hatinya.

“Na-ya, kau dimana? Kau menghilang ditengah acara, aku mencarimu kemana-mana”. Tanya pria itu dari seberang sana, Seo Na ingin sekali berteriak kencang mengatakan jika ia saat ini sedang tidak ingin bertemu pria itu, karena itu hanya akan membuat hatinya semakin hancur.

“aku sedang dengan teman-temanku Oppa, jangan khawatir, tadi aku langsung bertemu dengan teman-temanku setelah acara pernikahanmu. Kau tau, aku melihatmu berciuman dengan Yoo Ra Eonni dan-”. Suara gadis itu tercekat, ia ingin sekali tetap ceria saat berbicara dengan Dong Hae tapi hatinya berkata lain, ia sangat sakit ketika melihat pria yang dicintainya itu berciuman dihadapan orang banyak.

“Na-ya?”.

“kau sangat keren! Oppa ku benar-benar keren! Baiklah aku harus pergi kesuatu tempat dengan teman-temanku, katakan pada Eomma dan Appa aku akan pulang larut malam”. ucap gadis itu sebelum akhirnya ia memutuskan sambungan telepon itu secara sepihak, ia tidak kuat lagi jika harus bersandiwara dengan suara yang dibuat-buat ceria dihadapan Dong Hae, ini adalah keadaanya sekarang, Seo Na yang masih tidak bisa menerima semua kenyataan yang terjadi dalam hidupnya. Gadis itu kembali melanjutkan perjalannya, ia tau tempat apa yang harus ia kunjungi saat ini, tempat dimana ia akan melupakan semua sakit yang ia rasakan saat ini.

~~~000~~~

Kyu Hyun menduduki salah satu kursi dikedai tepi jalanan yang biasa menyediakan Soju dan makanan hangat khas Korea, pria itu memesan sebotol Soju seporsi ttoppoki dan jajjangmyeon. Kyu Hyun memang lebih suka tempat seperti ini dibanding restoran yang harga makanannya selangit, bukan pria itu tidak memiliki cukup uang tapi pemimpin perusahan Cho Company itu lebih suka menghabiskan malamnya yang melelahkan ditempat seperti ini dimana baginya tidak ada yang membedakan status sosial seseorang ditempat ini.

Mata pria itu kini beralih pada jalanan kota Seoul yang tidak lagi seramai saat siang, musim gugur juga menambah udara malam semakin dingin dan itu menandakan jika sebentar lagi musim salju akan segera datang. Pria itu mempererat mantel tebalnya, mulut Kyu Hyun juga tampak berasap akibat udara dingin malam ini. ekor mata Kyu Hyun terhenti ketika menangkap mobil bewarna merah terparkir tidak jauh dari tempat ia berada saat ini, tak lama setelah itu seorang wanita keluar dari mobil mewah itu. gadis itu masih menggunakan gaun putih dan kali ini keadannya tampak lebih hancur dari siang tadi saat Kyu Hyun bertemu dengannya ditaman. Kyu Hyun mengalihkan pandangnnya pada lutut gadis itu, benar saja bekas darah masih berceceran dilutut gadis itu keadaannya saat ini benar-benar tampak menyedihkan.

Gadis itu berjalan melalui Kyu Hyun, memesan beberapa botol alkohol yang kini sudah teronggok didepannya. Pikiran Kyu Hyun benar, gadis ini pasti bermaksud untuk mabuk ditempat seperti ini, ia begitu yakin apalagi saat melihat keadan gadis itu yang terlihat sangat jauh dari kata baik-baik saja. Kyu Hyun menahan diri untuk tidak mendekat kearah gadis itu, ia sama saja menyerahkan dirinya pada maut jika berhadapan lagi dengan gadis itu lagi, bukankah tadi siang dia sudah membuat gadis itu kesal ditambah lagi ia sudah membuat luka yang cukup serius dilutut gadis itu.

Beberapa lama Kyu Hyun terus memperhatikan gadis itu dari tempat ia berada saat ini, jarak mereka tidak terlalu jauh, gadis itu juga tidak akan menyadari jika ia juga berada ditempat ini. cukup lama sampai akhirnya kepala gadis itu ambruk pada meja ditempatnya, dan saat ini waktu yang tepat bagi Kyu Hyun untuk mendekat kearah gadis itu.

Kyu Hyun duduk tepat dihadapan gadis itu, ia memperhatikan mata gadis itu yang kini sudah tertutup rapat tapi tunggu dulu Kyu Hyun kali ini malah menangkap keganjalan yang aneh dan benar saja gadis yang berada dihadapannya saat ini sedang menangis, bibirnya juga terlihat bergetar ia juga mengucapkan sesuatu yang tidak terlalu terdengar oleh Kyu Hyun.

“permisi Nona, apa kau sudah mabuk?”. Pertanyaan Kyu Hyun memang terdengar konyol, tapi pria itu hanya memastikan jika gadis yang dihadapannya saat ini sudah seratus persen dalam keadaan mabuk.

“Nona? Kau benar-benar sudah mabuk ya? aku hanya ingin mengatakan jika aku minta maaf soal tadi siang, aku benar-benar tidak sengaja menabrakmu dan membuat luka dilututmu”. Jelas pria itu tanpa peduli jika gadis yang dihadapannya saat ini mendengarnya atau tidak.

“baiklah, aku sudah minta maafkan? Aku pergi dulu”.

Oppa, bisakah kau tinggal sebentar disini bersamaku?”. Akhirnya gadis itu bersuara, dan kali ini Kyu Hyun bisa mendengar dengan jelas apa yang diucapkan gadis itu saat ini.

Kyu Hyun berbalik, menahan langkahnya. “apa kau menggilku?”. Tanya pria itu penasaran.

Oppa? Bisakah kau tinggal bersamaku? Hanya sebantar saja”. suara gadis itu terdengar bergetar, kali ini hanya isakan yang keluar dari mulutnya, ya gadis itu menangis. Kyu Hyun beringsut kearah gadis itu, ia duduk tepat disampingnya. Ia tidak tau, apa yang harus ia lakukan kali ini dengan keadaan gadis yang sedang mabuk dan tengah menangis dihadapannya.

Kyu Hyun mengulur tangannya, mengusap lembut kepala gadis itu. “Dong Hae Oppa, Lee Dong Hae. Bisakah kau menganggapku sebagai wanita bukan adikmu?”. Kyu Hyun terhenyak seketika, ia menarik tangannya perlahan. Kata-kata yang keluar dari mulut gadis itu cukup membuatnya terkejut. Bukankah gadis itu baru saja menyebutkan nama seorang pria yang ia kenal? Ya, Lee Dong Hae, pria yang baru saja melangsungkan pernikahannya tadi siang.

~~~000~~~

“apa dia baik-baik saja? bagaimana ia bisa berada ditempat itu”. suara Yoo Ra tampak terdengar khawatir, Dong Hae tersenyum lalu mengusap lembut lengan istrinya itu.

“dia baik-baik saja, Kyu Hyun yang memberi tahuku jika Seo Na berada disana ia juga yang mengantar Seo Na kembali kerumah. sekarang Eomma sedang menggantikan pakaiannya setelah itu kita akan melihatnya dikamar”. Ujar Dong Hae menenangkan wanitanya itu, Yoo Ra tampak bernapas lega.

“Dong Hae-ya, Seo Na sudah istirahat dikamarnya. Bagaimana kau bisa kemari? Bukankah kalian harus menghabiskan waktu berdua?”. Suara Nyonya Park mengalihkan pandangan keduanya, Ibu Seo Na tampak cantik seperti biasanya meskipun umur wanita itu sudah tidak lagi muda.

“Ah, Eomma. Aku hanya ingin memastikan keadaan Seo Na, Seo Na tidak pernah seperti ini sebelumnya, aku begitu khawatir”. Ujar pria itu, Ibu angkat pria itu tampak tersenyum.

“Seo Na mungkin terlalu banyak bergaul dengan teman-teman barunya, adikmu itu sudah mulai tumbuh dewasa mungkin ia hanya ingin tau bagaimana rasanya alkohol. Tidak usah khawatir, lebih baik kau kembali ke Apartemen bersama Yoo Ra”. Ucap wanita itu, Yoo Ra tampak tersenyum disamping suaminya itu.

“baiklah, tapi aku akan melihat keadaan Seo Na dulu setelah itu aku akan kembali”. Dong Hae berlalu menuju kamar adik kecilnya itu, sedangkan istrinya asik berbincang dengan Nyonya park diruangan lain.

Dong Hae membuka perlahan pintu kamar Seo Na, mendapati gadis itu kini tengah terbaring dengan mata yang tertutup rapat. Pria itu mendekat kearah Seo Na duduk dipinggiran ranjang gadis itu sambil memperhatikan wajah Seo Na yang tertidur. Sebelum ia menikah, pemandangan seperti ini sangat sering ia alami, menemani adik perempuannya ini hingga tertidur lelap dan mengusap lembut rambut Seo Na yang kecoklatan.

“Oppa, kau harus menemaniku hingga aku tertidur. Aku tidak suka kegelapan”. Ucap gadis kecil itu pada Dong Hae, Dong Hae mengangguk sambil menarik selimut adik perempuannya itu hingga perutnya.
“aku akan menemanimu hingga kau tertidur”. Jawab anak laki-laki itu.

 

“berjanjilah untuk terus menemaniku dan jangan pernah meninggalkanku sendiri”.

Dong Hae masih ingat percakapannya bersama Seo Na beberapa tahun silam, ia masih ingat dengan janjinya untuk menemani gadis kecil itu hingga ia tertidur, dan Dong Hae tau persis jika Seo Na tidak menyukai kegelapan. Yang berada dihadapannya saat ini memang bukan Seo Na adik kecilnya seperti 15 tahun lalu, Seo Na yang sekarang adalah Seo Na yang begitu cantik, Seo Na yang selalu ceria dihadapannya gadis yang tidak pernah memperlihatkan wajah sedihnya. Untuk kedepannya ia akan jarang melihat wajah gadis ini, wajah Yoo Ra akan menemani hari-harinya dimasa depan dan Seo Na akan tetap menjadi adik kecil yang pernah ia miliki selama ini.

“Na-ya, wajahmu terlihat pucat. Kyu Hyun juga mengatakan jika lututmu terluka, kau juga terlalu banyak minum. Na-ya, kau tidak boleh menjadi gadis nakal, kau adalah Park Seo Na adik kecilku”. Ujar pria itu dengan setengah berbisik, tetap mengelus puncak kepala Seo Na.

“Na-ya, Oppa harus kembali. Jaga dirimu, aku akan sering berkunjung untuk melihatmu”. Dong Hae mengecup kening Seo Na sebelum akhirnya berbalik untuk meninggalkan gadis itu, namun kini langkah Dong Hae terhenti ketika genggaman tangan seseorang terasa dipergelangan tangannya.

Oppa, bisakah kau tidak pergi dariku?”.

~~~000~~~

Dong Hae menyandarkan tubuhnya dikursi putar ruang kerjanya, pria itu memang sengaja tidak mengambil cuti untuk bulan madunya bersama Yoo Ra, lagi pula perusahaan keluarga Park memang saat ini berada ditangannya. Sejak Tuan Park menyerahkan perusahaan pada Dong Hae pria itu lebih banyak menghabiskan waktunya dikantor mengurusi semua urusan perusahaan itu.

Pria itu menarik napasnya gusar, memandang kearah langit-langit ruang kerjanya. Pikirannya kini tertuju pada ucapan adik perempuannya tadi malam kepadanya, ucapan yang membuatnya lupa bagaimana cara mengambil napas dalam sekejap dan lagi bagaimana semua ini terjadi begitu saja tanpa ia rasakan, haruskah ia menyalahkan keadaan? Semua sudah terlanjur bukan?

“Oppa bisakah kau tidak pergi dariku?”. Dong Hae membalikkan badannya mendapati wajah Seo Na yang kini dipenuhi air mata, tatapannya begitu menyedihkan bahkan Dong Hae tidak pernah melihat adiknya semenyedihkan ini sebelumnya.

 

“Na-ya, Oppa harus kembali. Besok aku akan kemari untuk melihatmu”. Ujar pria itu lalu mengambil posisi duduk persis ditepi ranjang gadis itu. “apa ada yang salah? kenapa kau menangis? Seharusnya kau bahagia melihatku bahagia”. Lanjut Dong Hae tanpa menyadari air mata Seo Na yang kini semakin deras mengalir, kata-kata pria itu hanya semakin membuat Seo Na hancur.

“Dong Hae-ssi, bisakah kau menganggapku sebagai wanita? Bukan adikmu?”. Ucapan yang keluar dari mulut Seo Na memang terdengar tercekat tapi Dong Hae masih bisa dengan jelas mencerna apa yang baru saja gadis itu ucapkan padanya. Bagaimana Seo Na, adik kecilnya mengatakan hal itu padanya?

“Na-ya, apa maksudmu?”.

“aku mencintaimu Lee Dong Hae, bisakah kau menganggapku sebagai wanita? Selama 15 tahun aku memendam semua ini sendirian, apa kau tidak menyadarinya? Aku mencintaimu, aku-“.

“Cukup Park Seo Na! Kau sudah keterlaluan, bagaimana kau bisa berkata demikian? Apa yang kau pikirkan?!”. Teriakkan Dong Hae lolos begitu saja dari mulutnya, kali ini ia benar-benar tidak bisa mengontrol apa yang ia rasakan. Pengakuan Seo Na cukup membuatnya gila.

“jika kau tidak bisa menganggapku sebagai wanita, aku akan membuatmu menyadari semua ini Lee Dong Hae”.

Dong Hae kembali tersadar dari lamunannya, ketika pintu ruang kerjanya terbuka dan disana kini sudah berdiri seorang pria yang mengantar adiknya tadi malam. Cho Kyu Hyun, adalah rekan kerjanya, pria itu adalah pemimpin Cho Company perusahaan besar yang kini sudah setara dengan perusahaan Park Corp yang dipimpin Dong Hae.

Kyu Hyun sedikit tersenyum kearah pria itu, ia mengambil posisi disofa yang terletak rapi diruangan kerja Dong Hae, pria itu juga ikut duduk dihadapan Kyu Hyun ia juga tidak tau apa maksud kedatangan pria bertubuh jakung itu keperusahaannya terlebih tanpa menghubunginya.

“apa yang membawamu kemari Kyu?”. Tanya pria itu, Kyu Hyun hanya menggeleng pelan sambil mengusap tengkuknya.

“tidak ada, ya hanya sedikit”.
“soal Seo Na?”.

Kyu Hyun tersenyum lalu pria itu mengangguk. “ada yang ingin kusampaikan padamu Hyung”. Kali ini wajah Kyu Hyun tampak serius dari sebelumnya, maksud kedatangannya bukan karena Seo Na yang ia bawa pulang dalam keadaan mabuk, tapi ucapan yang gadis itu katakan pada Kyu Hyun sebelumnya.

“mungkin kau akan kaget mendengar ini, atau sebaliknya tapi-”. Kyu Hyun menghentikan kata-katanya, membuat pria dihadapannya ini tampak semakin penasaran, Dong Hae memajukan tubuhnya beberapa senti kedepan.

“ia memintamu untuk menganggapnya sebagai wanita, bukan adik perempuanmu”. Ujar pria itu, Dong Hae tertohok ditempatnya, kali ini pria itu memundurkan tubuhnya kesandaran Sofa, jadi Seo Na juga mengatakan hal itu ketika ia mabuk, jadi Dong Hae tidak salah dengan percakapan Seo Na tadi malam.

“aku sudah tau”.

“apa? sejak kapan?”. Kyu Hyun terkejut, ekspresinya tampak sangat berbeda dari sebelumnya.

“ia juga sudah mengatakan hal itu tadi malam padaku, aku juga baru tau”. Keduanya sama-sama terdiam, masih shok dengan kenyataan yang terjadi saat ini. Kyu Hyun masih tidak percaya dengan perasaan Seo Na yang mencintai kakak angkatnya sendiri dan Dong Hae masih tidak bisa mencerna semua ini dengan baik, terlalu rumit, Mungkin.

“karena itu dia pergi dari acara pernikahanku diam-diam, karena itu ia mabuk untuk yang pertama kalinya, karena itu juga ia tampak menyedihkan, selama ini ia tidak pernah seperti ini”. lanjut Dong Hae, pria itu tampak tertunduk dalam, ia menyayangkan semua ini, menyayangkan kenyataan tentang adik yang ia sayangi itu tapi Dong Hae mengerti jika semua ini bisa terjadi, bukankah satu-satunya pria yang mengisi hari-hari Seo Na hanya dirinya, dan lagi ia hanya kakak angkat gadis itu jadi jikapun Seo Na menyukainya tidak ada yang salah akan hal itu.

“jadi setelah ini apa yang akan kau lakukan untuknya?”. Kyu Hyun tampak menyandarkan tubuhnya di sofa menunggu jawaban yang tepat keluar dari mulut pria didepannya ini yang kini tengah menompang kepalanya dengan kedua tangannya.

Dong Hae cukup lama terdiam, ia tidak bisa menjawab bagaimana sikap yang harus ia ambil setelah mengetahui perasaan Seo Na terhadapanya, ia sudah memiliki seorang istri disisi lain ia tidak akan membiarkan kedua orang tua angkatnya mengetahui hal ini sama saja ia menjebak Seo Na dalam lubang neraka bisa-bisa gadis itu diusir dari rumahnya. Tapi jika ia membiarkan ini terjadi apa ia sanggup melihat Seo Na menderita lebih lama lagi, melihat gadis itu mabuk-mabukkan, melihat adik kesayangannya hancur karena dirinya, ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

“aku tau ini adalah situasi yang sulit Hyung, aku akan membantumu jika kau butuh bantuanku. Baiklah, aku akan kembali kekantor, aku harap kau baik-baik saja”. ujar Kyu Hyun akhirnya sebelum meninggalkan Dong Hae yang kini duduk terdiam disofa beludru bewarna hijau tua itu. kedua mata Dong Hae tampak menerawang memikirkan segela cara untuk masalah ini, jika ia memikirkannya sesederhana mungkin, mungkin saja ini tidak terlalu berat untuknya, tapi entah kenapa ada yang lain yang kini pria itu rasakan, menolak Seo Na dan perasaannya? Apa pria itu sanggup?

To be Continue