Daily Archives: December 25, 2014

LEAVE BEHIND TO MEMORY (2/?)

Standard

cats

kita seharusnya tersenyum cerah bersama, tapi sekarang kita hanyalah dua orang asing. selamat tinggal untuk hari bahagiaku – At Gwanghwamun, Kyu Hyun Super Junior.

Seo Na menggeliat diatas ranjangnya, matahari memang sudah terbit sejak berjam-jam yang lalu tapi entah kenapa mata gadis itu masih saja terkatup dan enggan terbuka sesentipun, hanya cahaya matahari yang menembus korden bermotif bunga-bunga yang tergantung dijendela kamarnya, dan suara aneh dari lantai bawah seperti biasa saat para pelayan dirumahnya memasak atau sekedar membersihkan taman.

Gadis itu baru saja menyelesaikan gelar sarjana bahasa asing diusianya yang ke dua puluh tahun, ia memang pintar, otak gadis ini memang tidak bisa diragukan, selain periang, ceria, dan tidak bisa berhenti bicara Seo Na juga dikenal sebagai pemikir yang baik. kadang Dong Hae sering meminta pendapat kepada gadis itu tentang pemecahan masalah dikantor dan benar saja banyak masukan dari Seo Na yang bisa diambil oleh Dong Hae, sayang ia hanya bisa memikirkan masalah yang terjadi pada diri orang lain, tapi untuk dirinya sendiri sampai sekarang ia masih belum bisa bahkan ia tampak lebih hancur dari sebelumnya.

Detik kemudian Seo Na mengerjapkan matanya, mengumpulkan kesadarannya sejak tadi malam setelah ia memutuskan mengusir kakak angkatnya itu dari kamarnya, entah bagaimana ia bisa segera terpejam yang ia ingat ia sangat lelah karena begitu banyak menangis. Seo Na menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya gadis itu beranjak menuju kamar mandi tapi belum sampai kakinya mencapai tempat tujuan kini langkahnya terhenti pada figura yang terletak diatas meja riasnya, ia memperhatikan gambar dua orang didalam sana, dirinya dan Dong Hae, foto yang diambil ketika ia baru saja menyelesaikan gelar sarjanannya beberapa bulan yang lalu.

“Oppa!!! Aku sudah mendapatkan gelar sarjanaku, apa kau tidak senang?!”. Gadis itu berteriak kehadapan Dong Hae menghambur kedalam pelukan pria itu, Dong Hae tersenyum ia sangat bahagia melihat adik kesayangannya menyelesaikan pendidikannya.

 

“Ya! apa kau tidak malu memelukku didepan teman-temanmu? Kau kan sudah besar! Dasar anak kecil!”. Ujar pria itu, Seo Na mendesah gadis itu malah memajukan mulutnya beberapa senti lalu memukul lengan Dong Hae yang tampak kekar.

“aku bukan anak kecil lagi!”. Dong Hae tampak terkekeh mendengar ocehan Seo Na , pria itu kembali memeluk adiknya.

“selamat menjadi dewasa Park Seo Na, selamat atas kesuksesanmu, aku ingin kau hidup berbahagia. Dan jangan pernah menangis dihadapanku”. Ujar Dong Hae sebelum akhirnya mengecup puncak kepala Seo Na yang direspon cengiran gadis itu.

“aku akan hidup bahagia denganmu, Oppa”.

Entah sejak kapan gadis itu kembali terpuruk dalam kenangan masa lalunya bersama Dong Hae dan lagi-lagi ia mendapati dirinya sudah kembali terisak dalam tangisan. Tidak ada lagi baginya Seo Na yang begitu ceria didepan orang-orang dan didirinya sendiri yang ia kenal hanya dirinya yang terus hancur menerima semua kenyataan yang ada, Lee Dong Hae bukan kepunyaannya.

~~~000~~~

“Na-ya, apa kau masih merasa pusing. Eomma sengaja tidak membangunkanmu”. Seo Na melirik kearah Ibunya sejenak, mengangguk lalu mengambil posisi dikursi meja makan. Seo Na memandangi semua makanan yang sudah tersaji dihadapannya saat ini, dan lagi-lagi napsu makannya yang dulu begitu besar kini sedikitpun tak tersisa, ia benar-benar tidak memiliki semangat untuk melakukan apa-apa lagi.

“Na-ya? apa kau sakit”. Tanya Nyonya Park pada anak perempuan-nya itu, ia tidak pernah melihat Seo Na dengan keadaan seperti ini, ia sengaja tidak memarahi gadis itu karena sudah berani mabuk ditempat umum dan itu sangat tidak baik, kali ini wanita paruh baya itu mendapati anaknya terlihat tidak baik. muka Seo Na yang tampak memerah dan kantong mata gadis itu tampak membengkak.

“aku tidak apa-apa, mungkin hanya efek pusing kepalaku”. Ujar gadis itu seadannya, lalu menyendok beberapa suap nasi kedalam mangkuk makannya dengan tangan kirinya.

“hei, jangan gunakan tangan kirimu! Ayo gunakan tangan kanan!”. Dong Hae memukul pelan pergelangan tangan Seo Na, gadis itu meringis.

 

“baiklah, aku akan menggunakan tangan kananku! Menyebalkan!”. Gadis itu mengoceh sambil mengubah posisi sendok makannya ketangan kanan. Ia melirik Dong Hae, benar saja pria itu tengah memperhatikannya.

“apa?”.

“tidak ada”.

“jangan memandangiku seperti itu, Oppa menyeramkan”. Dong Hae mencibir, sedangkan Gadis itu malah tertawa, sebelum akhirnya kedua manusia itu melanjutkan makan malamnya seperti biasa.

Gadis itu lagi-lagi mengingat sosok yang dulu selalu menemaninya makan dimeja makan yang sama yang kini tengah ia duduki, Seo Na kembali meneteskan air matanya sebelum akhirnya berlalu meninggalkan meja makan.

Eomma, aku harus pergi. Mungkin aku akan pulang larut malam”. ujar gadis itu sambil menyambar remote mobil mewahnya, tanpa memperdulikan pertanyaan yang terlontar dari mulut Ibu gadis itu. entah apa yang bisa ia lakukan sekarang, semakin yang ingin menjauhi Lee Dong Hae akhirnya ia hanya akan mendapati dirinya terjebak dalam kenangan masa lalu selema lima belas tahun dengan pria itu. Apa ia tetap bersikeras mempertahankan perasannya pada pria itu? Atau ia mundur dan mendapati dirinya akan terus menderita sepanjang sisa hidupnya.

“kemanapun aku akan pergi, jika tempat itu tidak mengingatkanku padamu. Lee Dong Hae”.

~~~000~~~

Kyu Hyun mengoreksi beberapa berkas yang kini teronggok rapi diatas meja kerjanya. Sejak tadi pria itu berusaha untuk tetap fokus pada tumpukan kertas yang kini berada didepannya tapi tetap saja pikirannya masih melayang pada seorang wanita yang mungkin saat ini masih tertidur dirumahnya, atau ia sudah kembali melanglang buana mencari sesuatu yang mungkin bisa menghancurkan dirinya lagi seperti tadi malam.

Sejujurnya, Kyu Hyun bukan pria yang mau mengetahui urusan orang lain apa lagi jika itu tidak menyangkut dirinya sama sekali, tapi entah kenapa kali ini pria itu merasa harus ambil andil dalam masalah yang dihadapi wanita yang sama sekali tidak mengenalnya itu. Park Seo Na, gadis bodoh yang mencintai kakak angkatnya sendiri, tapi cinta tidak memandang status apapun bukan? Jadi jika tumbuh cinta pada diri gadis itu tidak ada yang bisa menghentikannya, kecuali waktu yang mampu merubahnya.

Kyu Hyun juga tidak bisa mengelak, jika suatu saat nanti ia bisa mencintai Seo Na, jika hari ini ia hanya merasa penasaran terhadap gadis itu dimasa depan mungkin saja ia mencintai Seo Na, kalaupun Kyu Hyun mencintai Seo Na ia tidak akan membuat gadis itu terluka seperti yang Dong Hae lakukan terhadapnya. Kyu Hyun menarik napasnya dalam, menghembuskannya pelan sembari menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi putar miliknya, Kyu Hyun memejamkan mata menetral semua pemikiran yang terus berputar diotaknya, tidak lama sampai akhirnya suara dering ponsel menghalau lamunannya.

Lee Dong Hae : Kyu, bisa kau mencari Seo Na? Ia pergi dari rumah, beberapa menit lagi aku akan melakukan pertemuan dengan rekan bisnisku. Aku percayakan ia padamu.

Kyu Hyun memutar bola matanya, berpikir sejenak tentang apa yang baru saja disampaikan Dong Hae melalui pesan singkat padanya. ‘Seo Na pergi dari rumah? Apa gadis itu minum-minum lagi?’. Pikir Kyu Hyun sebelum akhirnya pria itu memutuskan meninggalkan onggokan pekerjaannya diruang kerjanya, menuju tempat yang bisa dituju Kyu Hyun saat ini.

“Park Seo Na, kau gila ya?”.

~~~000~~

Dong Hae menautkan kedua telapak tangannya diatas meja kerjanya, ia tidak mungkin membatalkan pertemuan yang akan ia lakukan beberapa menit lagi. Baru saja ia mendapat panggilan telefon dari Ibu angkatnya, wanita itu mengatakan jika Seo Na pergi dari rumah dengan terburu-buru dan mengatakan jika ia akan pulang larut malam. wanita itu hanya memiliki seorang putri, ia tidak akan membiarkan Seo Na kembali pulang dalam keadaan mabuk, karena itu ia menghubi Dong Hae untuk segera menyuruh Seo Na kembali pulang kerumahnya. Lagi pula keadaan gadis itu tidak kelihatan baik-baik saja, itu yang membuat Ibu Seo Na tampak begitu cemas.

Dong hae memutuskan mengirim pesan singkat pada Kyu Hyun, pria itu mungkin bisa mencari Seo Na-nya. Bukankah pria itu sudah menawari untuk membantunya menhadapi masalah ini, lagi pula ia tidak bisa melakukan apa-apa saat ini untuk Seo Na, bantuan Kyu Hyun memang sangat diperlukan. Setelah menekan beberapa huruf diponselnya Dong Hae kembali menyandarkan tubuhnya, menghirup banyak-banyak udara disekitarnya.

Annyeong”. Terdengar suara dari depan pintu ruang kerja Dong Hae, wanita dengan paras cantik, dengan melihatnya saja, dunia pria itu tampak seketika tenang.

Pria itu tersenyum, berdiri mendekat kearah Yoo Ra yang kini sudah berdiri dihadapannya. “apa ada masalah?”. Tanya pria itu, Yoo Ra tampak menggeleng lalu wanita itu menyodorkan bekal makan siang pada suaminya itu. Dong Hae tampak sedikit terkekeh sebelum akhirnya memeluk Yoo Ra.

“aku tau kau tidak akan makan siang lagi, karena terlalu sibuk mengurus pekerjaanmu. Karena itu aku membuatkanmu makan siang dan aku pikir untuk mengantarkannya kemari”. Jelas Yoo Ra, gadis itu mengalungkan tangannya dileher Dong Hae.

“baiklah Nyonya Lee, sepertinya kau begitu menyayangkan makan siangku. Padahal aku hanya menundanya, jangan khawatir”.

“bagaimana aku tidak khawatir, kau terlalu serius dengan pekerjaanmu”.

“jadi aku harus bagaimana?”. Tanya pria itu, Yoo Ra tampak menyipitkan matanya, memukul dada Dong Hae pelan, lalu ia beranjak dari hadapan pria itu mengambil posisi duduk disofa yang tak jauh dari mereka berada.

“kau selalu pura-pura tidak tau, apa aku yang harus memintanya terlebih dahulu, eum?”. Dong Hae kembali terkekeh mendengar protes dari istrinya, melihat Yoo Ra yang terlihat menggemaskan Dong Hae mengambil posisi duduk tepat disamping istrinya itu.

“baiklah, apa kau mau kita bulan madu ke Verona? Aku akan mengajakmu kesana”. Tawar Dong Hae, Yoo Ra tampak tersenyum senang, tanpa aba-aba menghambur kedalam pelukan pria itu sebelum akhirnya Dong Hae mendaratkan ciuman hangat dibibir istrinya, tanpa keduanya sadar sepasang mata kini menangkap pemandangan keduanya, dengan mata memanas gadis itu berlari keluar dari gedung megah itu, ia tau sekarang, jika Dong Hae tidak akan pernah menjadi kepunyaannya.

~~~000~~~

Kyu Hyun menyandarkan tubuhnya disisi dinding lain, dari tempat ia berdiri saat ini ia bisa dengan jelas melihat tubuh Seo Na yang bergetar hebat didepan pintu ruang kerja Dong Hae. Setelah menerima pesan singkat dari kakak angkat gadis itu Kyu Hyun langsung meluncur menuju kantor Dong Hae, pria itu tau kemana Seo Na akan pergi, satu-satunya tempat untuk mengutarakan semua sesak perasaannya saat ini hanya seorang Lee Dong Hae, dan benar saja Seo Na kini hanya bisa mematung didepan ruang kerja kakak angkatnya itu. jika bukan melihat adegan mesra didalam sana, apa lagi yang membuat tubuh gadis itu kini bergetar hebat.

Sedetik kemudian, Seo Na kini sudah berlari menuju luar gedung, tidak ingin kehilangan jejek gadis itu lagi Kyu Hyun segera menyusul Seo Na, kemanapun gadis itu pergi saat ini ia akan mengikutinya. Tidak mungkin ia membiarkan gadis itu melakukan hal-hal sinting diluar sana, seperti buhuh diri misalnya?

Mobil Ford merah itu melaju kencang dijalan tol, ini sudah melewati perbatasan kota Seoul, dan Kyu Hyun masih tidak tau kemana tujuan Seo Na saat ini. Pria itu hanya mengekori kuda besi milik gadis itu sambil terus menyetarakan kecepatan mobilnya. Kemanapun gadis itu, Kyu Hyun hanya perlu mengikuti dan mengawasinya.

~~~000~~~

Seo Na berjalan menuju tepi pantai, merasakan terpaan angin pantai yang kini cukup menenangkan hatinya. Sudah sejak lama ia ingin datang kemari, menyaksikan deru ombak yang menenangkan, bau air laut yang khas, dan angin yang berhembus disekitarnya, kali ini semua itu ia rasakan. Seo Na menyeret kedua kakinya kebibir pantai, membiarkan air laut membasahi sepasang sepatunya, gadis itu tampak tersenyum meski ia masih tidak bisa mengerti untuk apa ia masih tersenyum saat ini. semua sudah berakhir bukan? Tidak ada masa depan seperti yang ia pikirkan selama ini.

Seo Na duduk diantara pasir basah, membiarkan bagian tubuh bawahnya terkena air laut, ia tidak akan pulang malam ini, atau tidak akan pulang selamanya. Apa yang baru saja ia lihat beberapa jam yang lalu, seperti pedang yang terus menikam hatinya semakin dalam. Seharusnya gadis yang berada disisi Dong Hae saat ini adalah dirinya, seharusnya ia bisa merasakan hangat kecupan pria itu, bukan Yoo Ra. Bukan gadis itu.

“Bisakah kau pergi dari pikiranku?!”. Gadis itu berteriak kencang, tidak peduli jika orang-orang melihatnya, yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana melupakan pria itu, melupakan kenangan selama lima belas tahun didalam hidupnya.

“Aku tidak ingin mengingatmu lagi Lee Dong Hae!!! Kau penipu!!! Aku tidak akan lagi mengingatmu!!!”. Suara gadis itu tercekat, air matanya terus mengalir begitu saja, isakan tangisnya bahkan terdengar semakin keras.

“Apa ada seseorang yang bisa membuatku melupakannya?!”.

“aku akan membuatmu melupakannya”. Suara berat seorang pria kini membuat Seo Na memutar badannya kearah sumber suara. Seorang pria jakung berambut coklat kini berdiri tidak jauh dibelakang gadis itu. berdiri sambil memasukkan kedua tangannya dikedua sisi saku celanya. Seo Na menatap pria itu, bukankah pria itu pria yang sama saat ia berada ditaman setelah pernikahan Dong Hae, pikirnya.

“aku akan membuatmu melupakannya, dan juga membuatmu tidak lagi mencintainya”. Lanjut pria itu lalu mendekat kearah Seo Na yang masih mematung ditempatnya. Beberapa detik berikutnya keduanya sudah saling berhadapan, pria itu mengangkat tangannya, menyapu air mata yang kini masih mengalir dimata Seo Na, lalu sedikit tersenyum kearah gadis itu dan bodohnya lagi Seo Na hanya bisa menerima semua perlakuan pria yang pernah membuat luka serius dilututnya itu.

“aku Cho Kyu Hyun”.

~~~000~~~

Kyu Hyun : ia baik-baik saja, ia bersamaku saat ini. maaf aku tidak bisa memaksanya untuk segera pulang kerumah tapi percayakan ia padaku ia akan baik-baik saja, Hyung.

Kyu Hyun memasukkan kembali ponselnya kedalam saku jas hitamnya setelah mengirim pesan singkat pada Dong Hae. Detik kemudian pria itu berjalan mendekat kearah Seo Na yang kini sudah duduk diatas pasir pantai. Pria itu mengambil posisi persis disamping Seo Na sebelum akhirnya gadis itu melirik kearahnya.

“kenapa kau masih disini? Kau bisa pulang. Aku tidak membutuhkanmu”. Ujar Seo Na datar, gadis itu kembali mengalihkan pandangannya ke sisi pantai.

“bukankah kau meminta seseorang untuk melupakannya? Sepertinya aku diutus Tuhan untuk membuatmu melupakan orang itu”. ucap Kyu Hyun, pria itu ikut menatap matahari yang mulai tenggelam sore itu.

Keduanya terdiam, Seo Na juga tidak merespon ucapan pria itu ia lebih ingin menikmati sorenya kali ini, meski ia tau perasaannya masih tetap sama. Tidak banyak yang bisa gadis itu lakukan saat ini selain tidak menemui pria itu, tidak ketempat dimana ada kenangan dengan pria itu dan ia akan melupakan semua tentang Lee Dong Hae, meski ia tidak yakin apa ia bisa melakukan hal itu.

“kau, apa Oppa menyuruhmu kemari?”. Akhirnya Seo Na bersuara, ia masih menatap lurus kedepan tanpa memperhatikan mata Kyu Hyun yang kini tertarik kearahnya.

“tidak juga”. Ujar pria itu enteng, Seo Na menatap sinis kearahnya. “aku kemari karena Dong Hae Hyung dan juga karena kemauanku”. Lanjut Kyu Hyun.

Seo Na mengerjapkan matanya, mencerna kalimat yang baru saja diucapkan pria dihadapannya itu. “terserah dengan apa yang kau ucapkan, tapi lebih baik kau pergi dari sini. Aku sedang tidak ingin melihat siapapun yang berhubungan dengan pria itu”. ujar Seo Na sinis, gadis itu segera beranjak dari sana meninggalkan Kyu Hyun yang masih berada ditempatnya.

“Park Seo Na, apa aku boleh menicintaimu?!”. Teriakan Kyu Hyun berhasil membuat gadis itu menghentikan langkahnya sedangkan Kyu Hyun beranjak dari tempatnya mendekat kearah gadis itu dan kini ia persis berdiri dihadapan Seo Na.

Seo Na membulatkan matanya, menatap pria itu kaget. Kyu Hyun tersenyum sejenak kearah gadis itu dan entah dari mana pria itu mendapatkan keberanian, beberapa detik berikutnya pria itu akhirnya mengecup singkat bibir Seo Na.

~~~000~~~

Seo Na memperhatikan dirinya didalam kaca meja rias sebuah penginapan sederhana ditepi pantai, pantai Naksan yang terletak didaerah Yangyang Provinsi Gongwon-do dan pantai ini cukup jauh dari kota Seoul. gadis itu tetap bersikukuh untuk tetap memilih menginap dibanding harus kembali kerumahnya dan itu sama saja dengan membawa dirinya kembali kedalam kesedihan. Ia juga sudah menghubungi Ibu nya meskipun wanita paruh baya itu bertanya kenapa Seo Na pergi liburan tiba-tiba tanpa membawa baju ganti atau semacamnya.

Gadis itu sudah mengganti pakainnya dengan pakaian yang selalu tersedia didalam mobil pribadinya, memesan satu kamar untuknya dan pria tadi siang yang mengikutinya itu juga ikut memesan satu kamar yang persis berada disamping kamar gadis itu. Ya, mengenai pria itu Seo Na sempat memukul perut pria itu ketika tadi sore ia sudah berani mencium bibir Seo Na dan alhasil gadis itu mendaratkan pukulannya diperut Kyu Hyun.

Seo Na mengusap bibirnya, lalu berdecak kesal kearah pantulan dirinya dicermin. bagaimana pria itu bisa semudah itu menciumnya? Belum lama gadis itu mengoceh pada kaca didepannya, terdengar ketukan pintu kamarnya memecah keheningan didalam kamar gadis itu. Seo Na menuju pintu membukanya perlahan.

“kau lagi? Ada apa?”. ujar gadis itu sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

“aku tidak akan menciummu lagi, kau pikir perutku ini tahan dengan pukulanmu itu”. oceh pria itu sambil mengelus perutnya yang rata. Gadis didepannya itu menatapnya dingin. ”aku membawakanmu ini, aku tidak tau kau menyukainya atau tidak, setidaknya kau memakan salah satu diantara mereka. Aku tidak ingin melihat kau mati saat bersamaku”. Lanjut pria itu menyodorkan plastik putih polos berisi beberapa makanan cepat saji yang baru saja ia beli, Kyu Hyun sengaja membelikan gadis itu beberapa makanan, ia tau Seo Na pasti belum makan seharian.

“aku tidak butuh pemberianmu, aku juga tidak butuh makanan yang kau bawakkan untukku. Kau pikir setelah kita melakukan hal tadi siang kau bisa seenaknya mengatur hidupku? Dengar Cho Kyu Hyun, aku sudah memberimu kesempatan untuk menemaniku disini, jadi tugasmu hanya menemaniku bukan mengatur hidupku apa lagi mengkhawatirkanku”. Ketus gadis itu, tatapannya masih sama seperti tadi, Seo Na masih menatap pria itu dingin.

ck! Lucu sekali gadis ini. kau tau kenapa Dong Hae sangat mencintai istrinya dan menikahinya?”. Tanya pria itu tiba-tiba, membuat kedua bola mata Seo Na membesar, gadis itu seperti menahan sesuatu untuk diucapkannya. “karena gadis itu lembut, ia membiarkan Dong Hae mengkhawatirkannya, dan kau Park Seo Na jangan pernah lagi terus merasa kuat dihadapanku”. Lanjut Kyu Hyun, lalu meletakkan bungkusan plastik itu dihadapan Seo Na sebelum akhirnya pria itu beranjak pergi dari hadapan Seo Na, meninggalkan gadis itu yang masih mematung ditempatnya.

~~~000~~~

“Oppa, jangan mengkhawatirkanku, meskipun aku tersesat digurun pasir aku tidak akan mati, kau tau kenapa? Karena aku ini kuat”.

“baiklah, tapi berjanjilah untuk tetap kuat dan jangan pernah membuat orang-orang mengkhawatirkanmu, mengerti?”.

Seo Na memasukkan beberapa potongan ayam kedalam mulutnya, mengunyahnya pelan sambil menatap lurus kedepan. Pikiran gadis itu kosong saat ini, ia masih ingat dengan apa yang baru di ucapkan Kyu Hyun beberapa menit yang lalu kepadanya. Pria itu benar, Seo Na memang tidak pernah memperlihatkan kelemahannya selama ini, bahkan ia sadar jika selama ini ia merasa hidupnya hanya untuk membuat orang disekitarnya bahagia, termasuk Lee Dong Hae. Tapi Seo Na lupa satu hal, ia lupa untuk membuat hidupnya bahagia, selama ini ia juga tidak pernah memperlihatkan kesakitannya pada siapapun bahkan gadis itu mampu memendam bertahun-tahun persaannya kepada Dong Hae dan akhirnya semua itu kini menjadi bumerang untuknya, Lee Dong Hae tidak akan pernah memilihnya.

Seo Na tertunduk, kini setetes air mata jatuh dari matanya, gadis itu terisak untuk yang kesekian kalinya, selama ini ia selalu dianggap kuat, orang-orang tidak pernah tau bagaimana perasaannya, ia tidak punya tempat untuk bersandar, atau seseorang yang mendengar apa yang ia rasakan, seharusnya ia menyadari hal itu dari dulu.

Beberapa menit kemudian gadis itu meninggalkan makanannya, beringsut ke atas ranjang kamar penginapan yang tidak terlalu mewah itu. esok hari ia harus memulai kehidupannya yang baru bukan, tanpa tangis lagi. Mungkin.

~~~000~~~

Kyu Hyun sudah satu jam lebih berdiri didepan pintu kamar gadis itu, memakai baju santai dengan setelan baju kaos putih dan celana jeans hitam dan kacamata yang menggantung dihidung mancungnya, pria itu mendesah berat ia tidak habis pikir bagaimana gadis itu belum juga bangun padahal pagi akan segara berganti siang beberapa jam lagi.

Ya! Park Seo Na?! Kau pingsan? Atau kau bunuh diri? Kau tidur atau ma-“.

“aku sudah bangun dari pukul 7 tadi pagi”. Ujar gadis itu tiba-tiba setelah membuka pintu kamarnya dan melewati Kyu Hyun begitu saja. pria itu mengerjap, bagaimana gadis itu bereaksi spontan seperti itu.

Kyu Hyun mengekori Seo Na dari belakang, ia melihat punggung gadis itu yang terlihat sangat kurus, tulang bahunya terlihat dari balik baju kemeja putih yang tengah ia kenakan, kakinya yang terlihat kurus juga begitu jelas karena gadis itu hanya menggunakan jeans selutut.

“apa kau akan terus mengekoriku?”. Ucap gadis itu tiba-tiba, bahkan keduanya hampir bertabrakan karena Kyu Hyun tidak menyadari jika gadis itu berhenti mendadak didepannya. Seo Na memutar tubuhnya kearah Kyu Hyun, pria itu melepas kaca matanya lalu balik menatap Seo Na.

“apa kau akan terus seperti ini?”. balas pria itu, Seo Na memicingkan matanya menatap sinis kearah Kyu Hyun.

“baiklah, jadi apa maumu?”. Tanya Seo Na akhirnya, gadis itu melipat kedua tangannya didada.

“kembali ke Seoul, aku dan kau”. Jawab Kyu Hyun enteng.

“Apa? Ck! Ya, Cho Kyu Hyun berhenti memerintahku dan meminta hal yang tidak aku suka”. Ujar Seo Na ketus, bahkan tatapan Seo Na kini penuh dengan kebencian. Kyu Hyun menarik tangan Seo Na memajukkan beberapa senti tubuhnya kehadapan gadis itu. “kau bisa lepaskan sekarang atau aku-“.

“atau kau akan meneriakkiku sebagai pria cabul? Begitu?”. Kyu Hyun tersenyum, mata pria itu berkilat emosi, ia bahkan tidak menyangka jika gadis dihadapannya ini benar-benar orang yang keras kepala. “berhenti meneriakku dan mengucapkan namaku, atau aku akan menyeretmu kekamarku dan menidurimu”. Oceh pria itu dingin, menekan setiap kalimat yang ia ucapkan, terlebih jarak diantara mereka begitu intim, sehingga beberapa tamu penginapan melihat mereka heran.

“lepaskan!”. Geram gadis itu, tapi pria dihadapannya ini malah semakin mengenggam erat tangan Seo Na. “ku bilang lepaskan!”. Teriak gadis itu akhirnya.

Kyu Hyun melepaskan tangan Seo Na, membiarkan gadis itu kini memunggunginya dan meninggalkannya. “aku yang berlutut mencintaimu, atau kau yang akan berlutut mencintaiku?”. Ucap pria itu, lalu tersenyum kearah Seo Na yang kini sudah berada jauh didepannya.

~~~000~~~

Keduanya terdiam didalam mobil mewah milik Kyu Hyun, pria itu fokus pada jalanan tol menuju Seoul, entah apa yang membuat gadis disampingnya ini memintanya menyupirinya pulang dan menyuruh orang suruhan ayahnya membawa mobil miliknya kembali ke Seoul. Kyu Hyun benar-benar tidak bisa membaca jalan pikiran Seo Na yang selalu tiba-tiba. Kadang gadis itu terlihat begitu dingin dan angkuh, tapi terkadang ia juga bisa melihat Seo Na yang begitu rapuh dengan air mata yang terus mengalir dari matanya. Dan kali ini yang ia lihat adalah wajah polos gadis itu yang tertidur nyenyak disamping kursi kemudinya, tidak bisa ia pungkuri jika Seo Na memiliki wajah yang cantik, bahkan ia tidak bisa mengelak jika wajah itu akhir-akhir ini menjadi candu untuknya. Pria itu kini mengalihkan pandangannya kearah ponselnya yang berdering, pria itu segera menempelkan komunikator itu ketelinganya.

Hyung? Aku bersamanya, tentu saja dia baik-baik saja. Hm, hanya sedikit pucat mungkin karena ia belum makan seharian. Baiklah, aku akan langsung mengantarnya kerumah”. Kyu Hyun segera mematikan sambungan teleponnya, lalu kembali fokus pada jalanan.

“Dong Hae?”. Tiba-tiba gadis disampingnya itu bersuara, tatapan pria itu kini tertarik kearahnya. “aku tidak ingin pulang kerumah”. Lanjut gadis itu lagi.

“jadi? Kau mau tinggal bersamaku?”. Tambah Kyu Hyun, pria itu menyeringit namun kini pandangannya kembali fokus mengemudi.

“Apa kau gila? Aku akan mencari Apartemen, aku akan tinggal disana, kau bisa mencarikanku Apartemen setelah sampai di Seoul”. Ujar Seo Na, tidak ada nada dingin yang menekan dari ucapan gadis itu, kini ia lebih terdengar meminta dan memohon pada Kyu Hyun.

“hanya kau sendiri?”.

“aku tidak mungkin terus tinggal ditempat yang terus menceritakan kenanganku dengannya, dan satu lagi jika kau ingin membantuku lepas dari semua ini jangan beri tahu Dong Hae dimana keberadaanku, dan jangan beri tahu dia lagi tentang kabar ku dan apa yang aku lakukan”. Ucapan Seo Na kali ini terdengar begitu menyakitkan, memang benar jika ia tidak mungkin terus tinggal ditempat yang terus menceritakan kenangannya bersama Dong Hae selama ini, bagaimana gadis itu bisa melupakan Dong Hae jika ia terus bergelimang dengan kenangannya dimasa lalu bersama pria itu.

“baiklah, tapi aku minta satu hal padamu, jangan pernah melakukan hal yang bodoh yang merugikan dirimu, dan satu hal lagi jangan pernah sok kuat dihadapanku, jika kau ingin menangis, menangislah sesukamu dihadapanku, aku tidak akan menertawakanmu. satu hal yang harus kau tau, Setiap orang berhak mendapatkan kekhawatiran dihidupnya dari orang-orang disekelilingnya dan kau, kau tidak akan selamanya bisa bertahan jika kau terdampar digurun pasir tanpa air dan makanan”.

Seo Na menarik tatapannya kearah Kyu Hyun, menatap garis wajah pria itu. Kyu Hyun benar tentang dirinya, dia tidak akan bisa terus bertahan jika ia tidak memiliki seseorang yang bisa mendengarkannya, ia tidak akan bisa bertahan ditengah gurun pasir tanpa air dan makanan. Entah kenapa setiap ucapan yang mengalir dari bibir pria yang kini tengah mengemudikan kuda besinya itu begitu terdengar menenangkan ditelinga, bahkan saat ini ia benar-benar ingin menangis dan bersandar di bahu pria itu.

~~~000~~~

Dong Hae berkali-kali melirik jam ditangannya, sejak beberapa jam tadi pria itu tidak tenang dikursi empuk diruang meetingnya siang ini. ia tidak bisa mengelak jika saat ini ia ingin bertemu dengan adik kesayangannya, adik yang beberapa hari ini tidak ia temui dan ia ingin mengetahui kabar gadis itu, apa gadis itu baik-baik saja? setelah terakhir mereka bertemu malam itu, setelah Seo Na mengucapkan perasaanya pada Dong Hae.

Dong Hae menarik tatapanya pada pintu masuk, pria dengan setelan jas rapi dengan rambut coklat yang menutupi keningnya kini berjalan menuju kursi tempat biasa ia duduk seperti meeting sebelumnya, dengan tenang Kyu Hyun sedikit membungkuk kearah Dong Hae dan melewati pria itu.

Dong Hae menatap lekat pada pria itu, banyak sekali yang ingin ia tanyakan terutama bagaimana kabar Seo Na saat ini. tapi ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal pribadi kepada Kyu Hyun terlebih lagi saat ini mereka adalah rekan bisnis, dan juga beberapa menit lagi mereka juga harus mengadakan meeting dengan kolega bisnis lainnya yang berada didalam ruangan yang sama dengan keduanya.

“apa semuanya baik-baik saja?”. Dong Hae menghampiri pria jakung itu yang sejak tadi asik menyusun kertas-kertas diatas mejanya setelah mereka melakukan meeting selama dua jam hari ini.

Kyu Hyun mengalihkan pandangannya kearah Dong Hae, menatap pria itu sambil tersenyum lalu kembali memfokuskan tatapannya ke kegiatannya semula. “dia baik-baik saja”. jawab pria itu singkat.

Tampak jelas jika nafas Dong Hae terdengar menghembuskan nafasnya lega, Kyu Hyun tau jika pria itu sangat mengkhawatirkan adik tirinya itu, tapi sudah terlambat untuk mengkhawatirkan Seo Na, nyatanya sekarang gadis itu tidak ingin jika Dong Hae mengetahui keberadaannya. “apa kau mengantarnya pulang kerumah?”. Lanjut pria itu lagi.

“tentu, aku mengantarnya hingga pintu rumahnya. Tapi ia juga mengatakan padaku, ia juga tidak akan berlama-lama dirumahnya”. Jelas Kyu Hyun, kini pria itu sepenuhnya menatap Dong Hae.

Kening Dong Hae berkerut ia masih tidak paham dengan apa yang dikatakan pria didepannya itu.”maksudmu?”. tanya pria itu pensaran.

“aku tidak bisa menjawab, karena itu diluar kekuasaanku untuk menjawabnya”.

“Seo Na pergi? Kemana? Apa dia akan meninggalkan Korea?”. Pertanyaan Dong Hae bertubi-tubi menyerang Kyu Hyun, jika Seo Na pergi karenanya ia pasti sangat merasa bersalah. Selama ini gadis itu sangat kental dengan kehidupannya bersama keluarga, ia juga tidak pernah menginap dirumah temannya atau tinggal ditempat lain selain dengan keluarganya.

“ia hanya mengatakan satu hal padaku Hyung, ia tidak ingin berada ditempat dimana ia diharuskan mengingat kenangan tentang kalian. Aku harap kau mengerti dengan keputusannya”. Jelas pria itu, sebelum akhirnya menepuk pundak kiri Dong Hae dan meninggalkan pria itu sendirian ditempatnya.

Kyu Hyun hanya ingin Dong Hae mengerti bagaimana menderitanya Seo Na saat ini, ada kepuasan tersendiri bagi Kyu Hyun saat ini setelah mengatakan hal yang mungkin dapat membuat Dong Hae merasakan luka yang mungkin tak sebanding dengan apa yang dirasakan Seo Na saat ini.

~~~000~~~

“Eomma, aku harus belajar hidup sendiri. tenanglah, aku akan baik-baik saja. seorang pria menawarkan bantuannya kapanpun untukku, jadi jangan khawatir dan jangan coba-coba memberi tahu Dong Hae Oppa kemana aku akan pindah, aku akan mengatakan langsung padanya”. Jelas Seo Na sambil memasukkan semua pakaiannya kedalam koper bewarna merah maron itu.

“kau yakin? Apa pria itu baik? bagaimana jika ia berniat jahat padamu?”. Sanggah Nyonya Park, sambil memperhatikan Seo Na yang kini tengah mondar-mandir dihadapannya.

Mom, please… jika pria itu berniat jahat padaku saat di Gongwon-do dia pasti sudah menculikku dan tidak mengantarku kembali kerumah. Dan lagi, Kyu Hyun adalah sahabat Dong Hae Oppa, ia sudah sangat mengenal keluarga kita dengan baik”. jelas gadis itu menghentikan kekhawatiran ibunya, Nyonya Park yang masih begitu cantik di usianya yang tidak lagi muda.

“baiklah Na-ya, Eomma akan berkunjung ke Apartementmu jika Eomma ada waktu, dan ingat kau harus bisa menjaga dirimu, Arro?”.

Arraseo Eomma, tenanglah aku akan menjaga diriku dengan sangat baik lebih baik dari sebelumnya”. Ucap gadis itu berjanji, sebelum akhirnya memeluk tubuh Ibu kandungnya itu. ia akan hidup lebih baik setelah ini. melupakan pria yang selama bertahun-tahun mengisi hari-harinya.

~~~000~~~

Kyu Hyun memperhatikan gadis yang kini tengah menyeret dua buah koper besar dihadapannya, memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah dan satu hal yang ada dipikiran pria itu saat ini. Seo Na, apa gadis itu sakit jiwa?

Ya! kau akan terus berdiri disana tanpa menolongku mengangkat dua buah bencana ini!”. ujarnya sambil membanting dua buah koper itu kelantai.

Kyu Hyun terkekeh.”kau pikir kau akan melakukan liburan enam bulan di hawai?”. Ujar Kyu Hyun ketus sambil berlalu masuk kedalam apartemen yang akan dihuni oleh gadis itu.

“apa pria itu gila? Apa ada yang salah dengan gayaku? Apa dia tidak pernah melihat member Girlband? Bahkan aku jauh lebih cantik dari SNSD”. Oceh gadis itu, sebelum akhirnya dengan sekuat tenaga menyeret dua buah koper itu masuk keruang apartementnya, menyusul pria yang baru saja ia teriaki gila itu.

Kyu Hyun membuka tirai besar tepat di sebelah utara, memperlihatkan indahnya Kota Seoul yang menjadi kebanggakan negara Korea selatan. Sewa Apartemen ini juga setara dengan keindahan yang ia suguhkan kepada penghuni setiap lantainya, dan Kyu Hyun juga ingin membuat gadis itu betah berada ditempat ini, setidaknya tempat ini jauh dari kenangan Seo Na yang menyedihkan.

“kau berharap akan melakukan adegan erostis seperti yang di Drama-drama denganku ya?”. oceh Seo Na berlalu menuju balkon yang berada disisi kanan gadis itu.

“lebih baik aku terjun dari gedung ini dari pada harus melakukan adegan erotis dengan gadis kurus sepertimu”. Tandas pria itu.”jika kau memerlukan bantuan kau hanya perlu naik satu lantai lagi, apartement ku berada dilantai atas”. sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Seo Na.

“apa? Ya! memangnya aku mau melakukannya? Bahkan aku harus berpikir seribu kali jika harus melakukan adegan erotis dengan Hyun Bin! Tapi jika aku harus dipaksa melakukannya juga tidak apa-apa”. gadis itu terkekeh lalu kembali berlari kebalkon Apartementnya, dari sini ia bisa merasakan hembusan angin yang menerpa dirinya, ia berjanji untuk tetap berada ditempat ini, melupakan semua yang pernah membuat dirinya terpuruk begitu dalam, sekali lagi untuk yang terakhir kalinya gadis itu meneteskan air matanya, melepaskan semua rasa sakit yang selama ini merejam hatinya.

“Lee Dong Hae, kau bisa pergi sekarang!!!”. Teriak gadis itu, tanpa ia sadar seseorang tengah mendengarnya dari balkon persis diatasnya, pria itu tersenyum mendengar teriakkan gila gadis itu.

“Na-ya, kau memang harus membiarkannya pergi”.

~~~000~~~

“bagaimana dengan Seo Na?”. Suara lembut itu membuyarkan lamunan Dong Hae, wanita cantik dihadapannya itu ternyata sejak tadi menatapnya sendu. Wajah gadis itu keibuan, matanya yang coklat dan pipinya yang sedikit berisi menambah keindahan kecantikan yang ia miliki.

Dong Hae tersenyum, mengelus puncak kepala Yoo Ra lalu mencium kening gadis itu sekilas. ”tidak ada kabar, aku belum sempat menghubungi Eomma”. Jawab pria itu seadanya. ”kau belum ingin tidur?”. Lanjut pria itu.

Yoo Ra menggeleng, ia menarik tubuhnya kearah Dong Hae menyandarkan kepalanya di bahu tegap pria itu. “aku merindukanmu Oppa”. Ulas gadis itu singkat. Dong Hae mengerinyit, pria itu tersenyum lalu menghadap menatap Yoo Ra yang kini tengah memandangnya. “tidak percaya?”. Tanya gadis itu lagi

.
“aku percaya, maaf aku mengabaikanmu karena pekerjaanku dan melewatkan bulan madu kita”. Ucap pria itu tulus. “aku juga merindukanmu”. Balas Dong Hae. Akhir-akhir ini keduanya memang jarang menghabiskan waktu bersama, karena kesibukan Dong Hae dikantor yang semakin padat ditambah lagi masalah-masalah perusahaan yang harus ia tangani langsung. Alhasil, ia mengabaikan Yoo Ra-nya, mengabaikan bulan madu mereka.

Yoo Ra tersenyum, gadis itu menggeleng. “jangan menyalahkan dirimu sayang”. Yoo Ra mengecup singkat pipi pria itu. “aku hanya tidak ingin kau kelelahan”. Tambah gadis itu lagi. Sebelum akhirnya keduanya menautkan bibir mereka, sejujurnya ada rasa kegelisahan yang kini tengah menggelantung dihati pria itu, entah apa yang membuat Dong Hae tak fokus dengan pekerjaan dan istri kesayangannya. Dan semua ini terasa ketika Dong Hae mengetahui Jika Seo Na mencintainya lebih dari seorang kakak.

“Kau baik-baik saja?”. Yoo Ra tersadar sejak tadi Dong Hae hanya menempelkan bibirnya di bibir istrinya, dan sepertinya pria itu sedang tak fokus dengan istrinya saat ini.

Dong Hae tersenyum. “tidak, aku baik-baik saja. bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan?”.

Yoo Ra mengerinyit. ”menyenangkan? seperti?”. Tanya Yoo Ra polos. Dong Hae terkekeh dihadapannya, sebelum akhirnya menggendong tubuh gadis itu dipangkuannya tanpa seizin Yoo Ra, menghabiskan malam indah mereka yang selalu tertunda.

Dong Hae hanya berpikir, dengan ini mungkin saja ia melupakan masalahnya dengan Seo Na. Terlalu kejam memang jika tubuh Yoo Ra menjadi pelarian masalahnya saat ini.

~~~000~~~

Sejak tadi tubuh gadis itu meliuk-liuk di atas ranjang Big size-nya, membalikkan tubuh kekiri dan kekanan sebelum akhirnya ia menyerah dan terbangun dari tidur nyenyaknya, mungkin. Seo Na menarik kedua kakinya menuju kamar mandi menopang kedua tepalak tangannya di westafle bewarna merah maron itu, lalu mengangkat wajahnya dengan mata yang masih setengah terbuka dan mulai membersihkan wajahnya.

Seo Na beranjak ke ruang makan, mengambil segelas susu segar dan meminumnya hingga tandas, gadis itu cukup lelah seharian kemarin ia hanya membersihkan Apartemen barunya menyusun beberap barang dikamarnya dan memindahkan beberapa barang yang menurutnya tidak begitu enak dilihat.

Suara ponsel diatas meja menghentikan kegiatan Seo Na yang tengah asik mengobrak-abrik isi lemari es-nya. Gadis itu mendekat kearah sumber bunyi, seketika jantungnya kembali berdegup kencang saat membaca nama yang tertera dilayar ponsel miliknya, seakan siap merasakan sakit lagi gadis itu dengan segera mengangkat sambungan telefonnya.

“Y.. a, Oppa?”. Jawab gadis itu gugup, dan masih sama hati gadis itu seperti kembali ditusuk setiap kali ia mendengar suara pria itu, sejujurnya ia merindukan suara Dong Hae, suara yang dulunya selalu mengisi hari-harinya, suara yang membangunkan tidurnya dan suara yang membuatnya terlelap kedalam alam bawah sadarnya dan sekaligus suara yang ingin ia lupakan seumur hidupnya.

“baiklah, aku akan ke sana saat jam makan siang”. Akhiri gadis itu sebelum akhirnya cepat-cepat menutup sambungan telefonnya. Ia tidak ingin mengucapkan banyak kalimat, dan ia tidak ingin lebih banyak mendengar suara Dong Hae. Lagi-lagi hatinya mencolos sakit, gadis itu menekan dadanya sendiri, merasakan sakit yang luar biasa didalam sana. Tapi kehadiran seseorang dihadapannya saat ini membuatnya terkejut, bagaimana pria itu bisa masuk ke apartemennya! pekik Seo Na dalam hati.

To be continue